Sabtu, 02 Agustus 2014

[Cerita Kai dan Kila] Chapter 4: Maukah Kamu Jadi Pacarku?

“Ohh, jadi kalo mereka bebek berarti aku juga dong?” terdengar suara lembut dari seberang pesawat telepon Kai. Nada yang terdengar seperti sedang mengambek itu tidak mengurangi kegemasan yang dirasakan Kai. 
“Emang.” Lelaki itu tertawa kecil, kemudian Ia menambahkan, dengan lirih, “Tapi, kau bebekku yang jelita.” 
Lirih sekali dikatakannya hingga sang gadis tak mendengarnya.
“Apa? Kai? Kamu barusan bilang apa, aku gak kedengeran?” sang gadis, yang tentu saja adalah Kila, tampaknya bukannya tak mendengar sama sekali. Konfirmasinya terdengar begitu tegas hingga Kai mulai terdengar gugup.
“Gak apa-apa…Beneran, deh. Hei, gimana kalau sekarang kamu tidur aja? Ini sudah larut. Malem, Kil..” Elak Kai. Menghindar, agar percakapan ini tidak jadi lebih jauh lagi. Menghindar, sebelum debar jantungnya terdengar lebih keras dari suaranya sendiri.
 Gantian Kila yang tertawa kecil mendengar nada aneh Kai.
"Malem Kai..." jawabnya lembut.
Cklek! Gagang telepon itu pun diletakkannya kembali.
Setelah mengakhiri pembicaraan mereka Kai menghempaskan dirinya ke tempat tidurnya yang empuk. Berpikir. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia sudah hampir 1 tahun meladeni Kila sebagai seorang teman sejak mereka bertabrakan di koridor kampus. Ia bosan. Bosan menatap wajah cantik itu tanpa bisa memilikinya.
‘Apa yang harus aku lakukan?’ Pikirnya.
Kai tidak berniat melanjutkan perannya sebagai teman, lebih lama lagi. Ia ingin segera memiliki gadis itu untuknya sendiri. Ia bahkan sudah mendapat lampu hijau dari teman-teman Kila.
Ia berbaring dalam diam, menatap langit-langit kamarnya. Apa yang harus Ia lakukan sekarang? Aku benar-benar buntu. Apa yang dulu kulakukan untuk Alina ya? Aku menembaknya di saat ekskul basket dan ekskul cheers sedang berlatih bersama. Alina sepertinya memang wanita yang menikmati perhatian berlebih dari sekitarnya. Tapi Kila berbeda. Ia tidak bisa menyatakan perasaan dengan kondisi yang berlebihan, tapi Ia juga tidak rela menyatakan perasaan pada gadis sespesial Kila, dengan cara yang biasa. 
Hanya dua malam setelah itu, di sinilah ia. 
Di restoran bernuansa Italia, yang jelas sekali bukan restoran murah, bersiap untuk melakukan hal paling mendebarkan dalam hidupnya. Hal yang bahkan tidak dilakukannya ketika ia menembak Alina, mantan pacarnya, tapi kini dilakukannya untuk perempuan yang sekarang sudah duduk di hadapannya. Kila.
Setelah meyakinkan hatinya, bahwa Ia sanggup melakukan hal ini, dia sekuat tenaga berusaha menghadapi Kila dengan normal. Menawarkan Kila untuk memesan makanan terlebih dahulu, dan menikmati wine yang Ia minta untuk disajikan sebelum makanan mereka datang. Ia mengambil seteguk untuk kemudian mengambil nafas dalam-dalam dan menenangkan hatinya sendiri. Dengan sigap ia mengambil setangkai bunga yang telah disiapkannya dan menaruhnya di tengah-tengah dirinya dan calon gadisnya.
“Kila..” panggilnya pelan. Hampir mati mendengar gemuruh di dadanya yang kian lama kian keras.
"Iya, Kai?" yang dipanggil hanya tersenyum dengan sangat manis, sehingga membuat Kai semakin gugup. Sial! Gadis ini benar-benar tidak tahu senyumannya bisa membunuh. Setidaknya kalau tidak semua orang, senyuman itu jelas bisa membunuhnya. Ia tak bisa menahannya lebih lama lagi.
"Kil," Ia menatap gadis itu dalam-dalam. "Aku suka kamu. Maukah kamu jadi pacarku?"

5 komentar:

  1. Sukaaa... bakal ad chapter 5 ga mba?? Eh iy, follback blog aku y mba.. mampir jg klo sempet. Hehehehe.... eincasarii.blogspot.com salam kenal mba....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, nda bisa follback say. Km ajah belum follow aku..

      Hapus
  2. wah belum makan udah main tembak aja. harusnya sih sesudah makan, karna kadar gula meningkat dan buat senang. haha. ada bantuan tambahan

    BalasHapus

Hai semua, Ajeng, Ningrum dan Kila menanti komentar kamu. Komentar yang baik ya!