Sabtu, 26 Juli 2014

[Cerita Ningrum] Chapter 1 : Di Sore Itu



NINGRUM

            Di sore itu, seperti sore-sore yang biasanya, aku menghabiskan waktuku di sekitar Raka.
“Raka mau kopi?” tanyaku, berusaha terdengar wajar.
            “Emm,....gulanya dikit aja.” Jawabnya tanpa memandang ke arahku.
            “Silakan....” Aku menyodorkan kopi yang sudah kubuat padanya. Berharap dapat melihat senyumannya.
            “Makasih...” Sekali lagi ucapnya, tanpa memandang padaku. Pikirannya begitu terperangkap pada koran yang sedari tadi berada dalam genggamananya. Bukannya aku mau komplain sih. Ini memang masa istirahat yang jarang dia dapatkan. Aku saja yang berharap sendiri. Setelah membuang harapanku bersama dengan sehela nafas, aku berjalan ke belakang sandaran sofanya.
            “Raka, aku pijetin ya?”
            “Hm,....”
            Tidak membiarkan kekecewaan menelan hatiku, aku bergerak cepat mengulurkan tanganku menyentuh bahunya perlahan. Meremas seluruh kelelahan yang ada di pundaknya.
            “Ning,.....” ucapnya akhirnya, setelah 10 menit lebih aku berdiam diri, memilih untuk memijat pundaknya ketimbang merajuk.
            “Apa, Ka?” jawabku pelan.
            “Si Asih bilang iya.....” suara Raka bergetar. Aku tak yakin aku mengerti arah pembicaraan ini. Tapi aku menelan keraguanku dan memberanikan diri bertanya.
            “Iya? Iya untuk apa, Ka?”
            “Iya, dia meng-iya-kan, jadi pacarku Ning. Kamu percaya ndak? Si Asih lho ini.”
            “Oh ya? Kok dia mau ya sama kamu?” ucapku, berusaha terdengar sewajar mungkin.
            “Wah, kamu nih Ning, jangan salah. Aku lho, gini-gini tenar. Banyak fans-nya aku ini.”
          “Mimpi kamu, Ka...” aku menoyor kepalanya dan meraih tas kecilku. “Aku pulang dulu yo, udah mau malam.”
            “Hahaha lho kok kamu gak percaya sih Ning. Harusnya kamu bangga temenmu ini banyak yang suka.” Candanya dengan senyum tersungging di bibir. “Hati-hati Ning!”
            Yo." ucapku pelan. Kemudian menongolkan kepalaku dari balik pintu, "Kamu juga hati-hati Ka, jangan terbang ketinggian. Ntar jatuh sakit.” kataku cepat kemudian menghilang di balik pintu.



************************************


            Raka,... apakah kamu serius dengan Asih? Aku mendengar hatiku menggemakan pertanyaan itu.  Ahh, aku menghela nafas. Betapa hatiku gemar membuatku gundah. Dengan cubitan kecil aku mencoba menyadarkan diriku untuk tidak terlalu memikirkannya. Itu masih belum menjadi urusanku. Dan, cubitan itu berhasil. Setidaknya aku merasakan sakit. Itu lebih baik daripada tidak dapat merasakan apa-apa akibat memikirkan dia.
            Aku sudah pernah berjanji pada mama, sejauh apapun aku menyukai seorang laki-laki, aku tidak akan membiarkan diriku kehilangan akal. Baiklah. Mungkin ini saatnya mencoba resep kue baru untuk dibawa ke rumah Raka lain kali. Semoga kali ini dia mau jadi kelinci percobaan dengan sukarela.
<< bersambung >>


           

2 komentar:

  1. Akhirnya bisa ninggalin jejak kakci. Hahah. Keren nih, btw ini lanjutannya ajeng kan kakci?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini ceritanya Ningrum, KaWind..beda sama Ajeng... Fufufu.. tapi mereka semua satu universe. :3

      Hapus

Hai semua, Ajeng, Ningrum dan Kila menanti komentar kamu. Komentar yang baik ya!