"Jeng? Are you alright?" Rinto memandangku dengan tatapan khawatir.
“Yap! Case
closed. Intinya video itu tersebar, To. Dan, aku dari dulu memang sudah
dibicarakan di kampus. Jadi, ketika video itu tersebar, bukan gak mungkin salah
satu dari mereka melihat. Dan, ada saja orang yang sekurang kerjaan itu,
membuat poster, dan cerita-cerita ala mereka sendiri. Hahhh, hidupku dikelilingi
orang kurang kerjaan seperti itulah memang.”
Rinto terdiam mendengar ocehanku.
“Sorry, Jeng.” ucapnya pelan.
“Hahaha gak apa-apa To. Aku sih sudah biasa
dikelilingi gosip dan orang-orang yang sok tahu.” Aku mengatakan itu sambil
mengeluarkan lembaran uang berwarna merah ke atas meja.
“Jeng?”
“Sorry To, aku duluan ya. Aku udah lega. Yang
penting aku tahu dari mana video itu menyebar. Thank you yah." Bohong sih. Tidak mungkinlah aku lega menghadapi hal seperti ini. Tapi, mengingat Rinto adalah pelangganku, aku membatasi diri untuk tidak membuatnya terlibat lebih dari ini. "Kamu pesen aja
yang kamu mau. Sorry udah nyuruh kamu dateng jauh-jauh ke sini.” Ujarku pelan,
kemudian siap-siap beranjak pergi.
“Wait, Jeng. Karena aku sudah di sini, dan aku juga
lagi gak ada kerjaan, gimana kalau kamu kerja aja malem ini. Temenin aku
jalan-jalan dulu, sebelum kamu kerja. Ntar aku yang bilang ke bos kamu, aku
jemput kamu langsung jadi kamu gak usah absen. Mau? Nanti tipnya ekstra kok
buat kamu. Gimana?”
Aku menoleh ke arahnya, sedikit tidak percaya dengan ajakannya.
“I don’t know.
Banyak yang harus aku pikirin, To. Mungkin aku aja bakal izin gak kerja hari
ini. Gini aja, kalau kamu memang butuh ditemani, aku oper ke temenku ya. Anak divisi escort. Cukup populer di antara pelanggan escort-nya Bos Classi.....” sebelum aku meneruskan kata-kataku, Rinto memotong.
“Ayolah, Jeng! Aku gak butuh ditemani. Justru kamu yang lagi butuh ditemani, supaya kamu gak perlu
mikirin itu dulu hari ini. Kebanyakan mikir nanti cepet tua lho. Nanti cepet
gak laku lho.” Katanya setengah bercanda. "Aku mau menemani kamu, karena aku gak mau anak buah Classic favoritku pensiun dini"
Aku memikirkan ucapannya, sambil tersenyum geli mengingat caranya menempatkan diri di situasi ini.
Dia? Menemani aku? Well, mungkin aku memang butuh waktu istirahat dari semua pikiran yang tidak jelas
juntrungannya ini. Ditemani pelanggan mungkin tidak ada salahnya. Ini, jatuhnya kerja kan?
“Ya udah deh. Ayo kalau begitu.”
“Nah gitu dong!! Pertama, kita ke mana dulu ya?
Temenin aku beli baju dulu ya Jeng?”
“Hah? Dasar pria metroseksual!! Kalau kamu gak
hebat di ranjang aku mungkin berpikir kamu itu banci!”
“Ehh, jangan salah, emang banci gak bisa hebat di
ranjang?”
“Oh, jadi kamu pernah seranjang sama banci?”
“Errr, anu... bukan begitu...”
Aku tertawa melihat Rinto salah
tingkah seperti itu. Yah, mungkin aku memang butuh tertawa lebih banyak. Aku
butuh time out, dan aku tidak akan
memikirkan masalahku dulu malam ini. Aku mau bersenang-senang. Kapan lagi bisa
bersenang-senang dengan pelanggan dan tetap dibayar. Ya, aku semataduitan itu. Judge me all you want. It’s not like you can afford me anyway.
hoo. udah mulai merasakan perasaannya para PSK sih. betapa tertekannya mrk dalam menghadapi masyarakat.
BalasHapusNah, udah sedikit mencapai inti keberadaan seorang Ajeng. :')
HapusLagi kak ci lagi..
BalasHapusBtw juntrungan itu apa sih
juntrungan itu apa yahh... gak jelas tujuannya, gak jelas manfaatnya, kira2 gitu deh hihihi~~~
Hapus:3
eh keren abis!!! tulisan blognya jarang" dr blog lain. bakalan sering mampir nih
BalasHapusWahh ditunggu kunjungannya. Diusahain bakal sering update deh... ^_^
Hapusmbak aci tulisannya keyen :matabelo
BalasHapusHahaha makasih tobiii~~! XD
Hapusini si Ajeng masih ada lanjutannya gak, ci? seru nihh kalo dilanjutin
BalasHapus